top of page
  • Gambar penulisSimon Salim, Valerie Hirsy

Ablasi Jantung

Diperbarui: 17 Agu 2020

Apa yang dimaksud ablasi jantung?

Ablasi jantung, atau disebut juga dengan ablasi radiofrequency ablation, adalah suatu tindakan menggunakan energi radiofrekuensi (panas) untuk merusak sebagian jaringan jantung dengan tujuan menghilangkan atau mengurangi gangguan irama jantung. Selain radiofrekuensi, dikenal juga ablasi menggunakan suhu rendah (di bawah titik beku) yang disebut dengan krioablasi (cryoablation). Prosedur ini dilakukan menggunakan kabel khusus (kateter) yang dimasukkan ke jantung melalui pembuluh darah, sehingga prosedur ini sering juga disebut ablasi kateter jantung.

Siapa saja yang membutuhkan ablasi jantung?

Anda mungkin membutuhkan ablasi jantung apabila memiliki gangguan irama jantung. Namun, tidak semua gangguan irama jantung dapat diatasi dengan tindakan ini. Biasanya, tindakan ablasi jantung dilakukan untuk mengobati kelainan irama jantung yang terlalu cepat, seperti :

1) Takikardia Supraventrikular :

a. Sindrom Wolff Parkinson White b. Takikardia reentrant AV nodal c. Takikardia Atrial

2) Atrial Flutter

3) Fibrilasi Atrium

4) Kontraksi premature ventrikulel

5) Takikardia Ventrikular

Tindakan ablasi ini relatif aman, namun tetap bersifat invasif (mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh). Karena itu, modalitas terapi ini dipilih hanya untuk gangguan-gangguan irama jantung di atas dengan kondisi tertentu. Tindakan ini terutama dilakukan untuk aritmia yang dapat dengan mudah dikontrol oleh ablasi, contohnya takikardia supraventrikular. Hal ini dikarenakan kemungkinan keberhasilan dan manfaat dari ablasi lebih tinggi dibandingkan risikonya.


Ablasi jantung juga dapat dilakukan untuk aritmia yang berisiko tinggi, seperti takikardia ventrikular. Irama takikardia ventrikular ini dapat menyebabkan henti jantung mendadak yang pada akhirnya dapat berujung ke kematian. Ablasi dapat dikombinasikan dengan pemberian obat anti aritmia atau pemasangan alat Defibrillator Kardioverter Implan (Implantable Cardioverter Defibrillator/ICD). Pada pasien dengan ICD, ablasi dapat mengurangi frekuensi kejut jantung yang diperlukan dari alat tersebut untuk jantung Anda.


Selain hal-hal diatas, ablasi juga dapat dilakukan pada individu dengan aritmia yang tidak merespon terhadap pemberian obat anti aritmia, atau mengalami efek samping yang sangat mengganggu dari konsumsi obat anti aritmia tersebut, atau yang menolak mengkonsumsi obat anti aritmia dengan alasan tertentu.

Bagaimana prosedur ablasi jantung?

Tindakan ablasi bersifat invasif dan memiliki banyak risiko komplikasi. Namun Anda tidak perlu khawatir karena risiko-risiko tersebut dapat diperkecil dengan persiapan yang baik dari pihak tenaga medis, serta fasilitas yang memadai. Pasien dan dokter juga harus dapat berkomunikasi dengan baik untuk mendukung keberhasilan tindakan ini.

A) Persiapan

Setiap fasilitas kesehatan dapat memiliki tahap persiapan yang berbeda-beda. Yang dapat Anda alami selama masa persiapan adalah :

  • Anda dapat diminta untuk menghentikan konsumsi obat-obatan tertentu

  • Beberapa tindakan pencitraan, seperti ekokardiografi, mungkin diperlukan

  • Anda akan diminta puasa minimal 6-8 jam sebelum tindakan ablasi

B) Saat Tindakan

Tindakan ablasi akan dilakukan oleh seorang dokter ahli di bagian elektrofisiologi beserta sebuah tim perawat dan teknisi yang telah terlatih dalam melakukan prosedur tersebut. Prosedur ini akan dilakukan di ruang khusus (cath lab) dan memakan waktu sekitar 2-4 jam.

  • Anda dapat dipertimbangkan untuk diberikan obat bius. Namun pada beberapa kasus, sedasi mungkin dihindari karena dapat menekan aritmia sehingga sulit menentukan titik asal gangguan irama jantung tersebut.

  • Kateter dimasukkan ke jantung melalui pembuluh darah tepi (biasanya pembuluh darah di pangkal paha). Dapat juga dimasukkan melalui pembuluh darah di leher atau dada atas kiri. Rasa sakit dapat dialami saat pembuluh darah ditusuk di awal, yang dapat diatasi dengan pemberian bius lokal. Saat kateter dimasukkan, biasanya pasien tidak merasakan sensasi apapun meskipun terkadang masih bisa terasa nyeri. Dokter dapat menggunakan x-ray(fluoroskop) untuk menuntun penempatan kateter di jantung.

  • Dokter akan melakukan pemetaan listrik jantung Anda, dan hal ini terkadang melibatkan tindakan pacuan menggunakan arus listrik atau obat-obatan. Di tahap ini Anda dapat merasakan sensasi berdebar atau rasa tidak nyaman di dada.

  • Pada kondisi tertentu, diperlukan pemetaan atrium kiri, sehingga diperlukan tindakan tambahan berupa tusukan di dinding jantung yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri (transeptal puncture).


  • Setelah area penyebab aritmia diketahui dan kateter telah mencapai area tersebut, ablasi dilakukan dengan cara mengalirkan energi (bisa radiofrekuensi ataupun suhu dingin) ke area tersebut hingga area tersebut rusak dan tidak lagi menyebabkan gangguan irama jantung. Selama ablasi berlangsung, dokter akan memantau tanda vital Anda


(Gambar diambil dari http://www.sdhva.com/hospital/index.php?page=21)


  • Setelah tindakan ablasi selesai, dokter akan melakukan upaya untuk mencetuskan kembali aritmia jantung. Bila tidak ada aritmia yang muncul, atau muncul namun sangat jarang, maka tindakan dapat dihentikan karena sudah dianggap berhasil.


C) Setelah Tindakan

  • Anda akan dipantau untuk memastikan apakah ada aritmia yang muncul kembali.

  • Bekas tusukan akan dipantau untuk melihat tanda-tanda perdarahan. Biasanya anda perlu berbaring selama beberapa jam agar risiko perdarahan berkurang. Pada beberapa kondisi, obat anti aritmia atau anti pembekuan darah dapat diberikan setelah tindakan ablasi.

  • Anda dapat dipulangkan setelah masa observasi selesai atau pada keesokan harinya apabila tidak timbul masalah atau komplikasi

  • Rasa tidak nyaman pada bekas tusukan dapat masih terasa hingga 1-2 minggu, meskipun sudah dapat beraktivitas seperti biasa. Anda perlu menghindari olahraga atau kegiatan fisik yang berat selama sekitar 3 minggu setelah prosedur.

  • Anda dapat mulai menyetir mobil setelah 1-2 minggu, meskipun pada beberapa pasien sudah dapat menyetir 2 hari setelah tindakan.

Risiko apa saja yang dapat terjadi akibat ablasi jantung?

Tingkat keberhasilan ablasi jantung dalam mengatasi gangguan irama jantung dapat mencapai 75-98%. Namun, tindakan ini bukan tanpa risiko sama sekali, meskipun risiko komplikasi dapat dikatakan sangat kecil. Secara keseluruhan, komplikasi terjadi pada 2.9% dari sekitar 80 ribu tindakan, dengan komplikasi tersering berupa kerusakan pembuluh darah (1.4%). Komplikasi lain yang bisa terjadi adalah infeksi, kerusakan jantung dan paru, stroke, gangguan irama baru, hingga kematian (<0.1%). Semua risiko tersebut, meskipun jarang terjadi, tetap perlu diperhatikan dan diupayakan sebaik mungkin untuk dihindari. Bicarakan pada dokter Anda terkait risiko dan keuntungan tindakan ini, dan apakah tindakan ini tepat untuk Anda.

REFERENSI


  1. Cardiac Ablation [Internet]. Mayo Clinic. Available from: https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/cardiac-ablation/about/pac-20384993

  2. Ablation for Arrhythmias [Internet]. American Heart Association. Available from: https://www.heart.org/en/health-topics/arrhythmia/prevention--treatment-of-arrhythmia/ablation-for-arrhythmias

  3. Patient education: Catheter ablation for abnormal heartbeats (Beyond the Basics) [Internet]. UpToDate. Available from: https://www.uptodate.com/contents/catheter-ablation-for-abnormal-heartbeats-beyond-the-basics?search=arrhythmia&source=search_result&selectedTitle=1~27&usage_type=default&display_rank=1

  4. Catheter Ablation as a Treatment for Heart Arrhythmias [Internet]. WebMD. Available from: https://www.webmd.com/heart-disease/atrial-fibrillation/catheter-ablation-afib-atrial-fibrillation#1

228 tampilan0 komentar

©2020 by klikaritmia. Proudly created with Wix.com

bottom of page