top of page
Gambar penulisSimon Salim, Valerie Hirsy

Takikardia Supraventrikular

Diperbarui: 22 Agu 2020




Pendahuluan

Takikardia supraventrikular (supraventricular tachycardia/SVT) adalah salah satu jenis kelompok aritmia berupa jantung yang berdetak lebih cepat dari normal (>100x/menit), dan aliran listriknya bersumber dari jaringan di atas ventrikel jantung (jaringan atrium, nodus AV, jaras tambahan, area junctional). Untuk lebih jelasnya, lihat mekanisme listrik jantung disini.

Dari sekian banyak jenis takikardia supraventrikular, terdapat tiga jenis yang paling sering ditemui, yaitu:

  • Atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT). Merupakan jenis SVT tersering yang sumbernya dari nodus AV. Dapat terjadi pada semua usia, namun lebih banyak dialami oleh wanita muda.

  • Atrioventricular reciprocating tachycardia (AVRT). Merupakan jenis SVT tersering kedua, dan paling banyak ditemui pada remaja. Dikenal juga sebagai sindrom Wolff Parkinson White.

  • Takikardia atrial. Kondisi ini umumnya dialami orang yang memiliki penyakit jantung struktural. Gangguan irama bersumber dari jaringan atrium (selain nodus sinus).

Gejala

Gejala SVT dapat hilang dan timbul secara tiba-tiba, bergantian dengan periode denyut jantung yang normal di antara serangan takikardia (disebut juga paroksismal). Gejala tersebut dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa hari, namun pada sebagian orang, kondisi ini bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Gejala yang timbul tergantung dari kesehatan jantung seseorang secara umum dan kecepatan laju jantung orang tersebut.


Gejala yang biasanya dirasakan oleh seseorang yang mengalami SVT adalah sensasi berdebar-debar karena jantung yang berdenyut terlalu cepat. Terkadang, nadi di leher dapat tampak berdenyut kencang akibat jantung yang memompa dengan cepat. Selain itu, gejala lain yang mungkin dapat dialami adalah lemas atau mudah lelah, sesak napas, rasa tidak nyaman pada dada, pusing, rasa melayang, berkeringat, bahkan hingga pingsan. Gejala-gejala tersebut dapat disebabkan karena kurangnya asupan darah yang penuh oksigen ke organ-organ vital tubuh.


Pada bayi dan anak-anak yang sangat muda, gejala kadang-kadang sulit untuk dibedakan. Namun, bayi yang susah makan, berkeringat, pucat, dan yang denyut nadi mencapai 200-250 denyut per menit mungkin menandakan tengah mengalami SVT.

Apabila Anda atau orang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala di atas dalam durasi yang lama atau berulang, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter.


Siapa saja yang dapat mengalami SVT?

Pada sebagian orang, SVT dapat terjadi tanpa pemicu maupun gejala lain. Namun terkadang, SVT dapat dipicu oleh beberapa hal dari luar tubuh seperti stress, kurang tidur, atau aktivitas fisik yang berat. Terdapat beberapa kondisi yang juga dapat mencetuskan SVT, diataranya,

  • Penyakit jantung struktural, seperti pada kasus sindrom Wolff Parkinson White atau setelah menjalani operasi jantung

  • Penyakit tiroid

  • Penyakit paru kronis

  • Radang paru (pneumonia)

  • Kehamilan

  • Kelainan jantung

  • Merokok

  • Konsumsi alkohol berlebih

  • Obat-obatan tertentu


Apakah SVT berbahaya?

Pada sebagian besar kasus, SVT tidak membahayakan nyawa. Biasanya, SVT dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa saat. Namun, kondisi ini tetap harus diwaspadai dan ditangani karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien dapat sering merasa pusing, bahkan kehilangan kesadaran secara mendadak (pingsan) saat sedang beraktivitas. Hal ini disebabkan karena jantung yang berdetak terlalu cepat tidak dapat memompa darah dengan baik sehingga otak kekurangan aliran darah.

Beberapa tipe SVT tertentu atau SVT yang menetap yang dibiarkan terus menerus dan tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya, seperti gagal jantung. SVT dapat menurunkan efisiensi pompa jantung sehingga organ-organ penting dalam tubuh kekurangan asupan darah. Kondisi dimana jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh inilah yang disebut dengan gagal jantung.

Seseorang dengan sindrom Wolff Parkinson Whitememiliki banyak jalur listrik tambahan yang tidak normal pada jantungnya. Hal ini menyebabkan jantung berdenyut dengan sangat cepat dan tidak teratur. Karen itu, orang tersebut dapat memiliki risiko mengalami fibrilasi atrium dan henti jantung mendadak. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sindrom ini, klik disini.

Tatalaksana

Sebagian besar takikardia supraventrikular memang tidak mengancam nyawa, namun tetap harus diwaspadai dan diobati agar tidak mengganggu kehidupan sehari-hari. Terdapat beberapa cara pengobatan SVT. Secara garis besar, pengobatan SVT dibagi menjadi terapi serangan, dan terapi jangka panjang. Terapi serangan diberikan pada seseorang yang sedang terserang episode SVT. Tujuannya adalah untuk menghentikan takikardia yang sedang terjadi sehingga irama dan laju jantung kembali normal atau mendekati normal dengan segera.


a) Terapi serangan:


  • Manuver vagal

Pelaksanaan maneuver vagal perlu dilakukan dibawah pengawasan tenaga kesehatan karena perlu dilakukan dengan teknik benar dan hati-hati. Beberapa tindakan yang termasuk manuver vagal adalah pemijatan arteri karotis, mengejan, merendam wajah di air dingin, dan batuk. Manuver ini memiliki tingkat kesuksesan sekitar 6%-54%. Biasanya manuver ini lah yang pertama kali dilakukan atau diinstruksikan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien yang tengah mengalami serangan SVT.

  • Kardioversi elektrik

Merupakan suata tindakan pemberian kejut listrik kepada jantung, dengan harapan mengembalikan irama jantung yang normal. Tindakan ini cukup aman, namun bisa terjadi pelepasan bekuan darah yang sempat terbentuk sebelumnya di atrium dan terjadi tromboemboli. Risiko ini sangat kecil, dan lebih diperkecil dengan pemberian antikoagulan sebelum/sesudah tindakan, serta evaluasi tambahan menggunakan echocardiography(USG jantung) transesofageal (melalui kerongkongan) mungkin diperlukan.

  • Kardioversi farmakologis

Kardioversi farmakologik merupakan modalitas pengobatan yang berusaha mengendalikan irama jantung agar kembali menjadi normal melalui obat-obatan. Obat-obatan tersebut dapat diberikan melalui infus, kemudian dilanjutkan dalam jangka waktu yang lama untuk mempertahankan irama normal. Modalitas ini dapat dikombinasikan dengan kardioversi elektrik untuk meningkatkan keberhasilan kontrol irama jantung. Obat-obatan ini dikenal sebagai “anti-aritmia”.

b) Terapi Jangka Panjang : Terapi ini dilakukan jika takikardia terjadi secara berulang atau berkepanjangan dan bergantung pada frekuensi dan berat ringannya serangan, serta dampaknya pada kualitas hidup pasien. Tindakan penanganan yang dapat dilakukan dokter antara lain :


  • Ablasi kateter jantung

Ablasi merupakan tindakan merusak sebagian jaringan jantung yang menjadi penyebab gangguan irama jantung. Tindakan ini direkomendasikan untuk sebagian besar pasien dengan SVT karena memiliki risiko komplikasi yang rendah dan tingkat kesembuhan yang tinggi (95%). Untuk lebih lengkapnya lihat disini.


  • Pemberian obat penurun laju nadi

Biasanya pada pasien yang menolak atau tidak memenuhi syarat untuk ablasi. Pemberian obat-obatan ini dimaksudkan agar jantung berdenyut dengan laju yang normal sehingga mengembalikan efisiensi pompa jantung. Dengan begitu, diharapkan jantung dapat memenuhi kebutuhkan aliran darah tubuh. Obat-obatan ini diberikan, baik pada mereka yang belum dilakukan kardioversi, maupun sesudahnya. Obat-obatan ini juga sering diberikan pada pasien-pasien tertentu paska dilakukan ablasi.

Pengaturan Pola Hidup

Selain pilihan pengobatan-pengobatan di atas, Anda dianjurkan untuk tetap memelihara pola hidup sehat untuk menjaga kesehatan jantung secara keseluruhan, dan mencegah timbulnya serangan SVT, seperti :

  • Konsumsi makanan tinggi serat dan rendah lemak, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, gandum, dan lain-lain.

  • Menghindari rokok : Rokok dapat membantu mempercepat kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan risiko penumpukan lemak di pembuluh darah. Hal-hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit jantung koroner yang merupakan faktor risiko dari aritmia.

  • Membatasi minuman beralkohol : Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 gelas per hari.

  • Berolahraga secara teratur : Olahraga dapat menurunkan risiko berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung. Berolahraga seperti jalan cepat atau jogging selama 30 menit setiap harinya dapat membantu memelihara kesehatan jantung.

  • Hindari konsumsi obat-obatan tanpa petunjuk dokter : Beberapa obat-obatan yang sering dikonsumsi masyarakat dapat memicu aritmia, seperti obat asma, obat flu, dan antibiotik tertentu.

  • Hindari stress berlebih : relaksasi untuk mengurangi beban pikiran, seperti latihan bernafas, meditasi, dan lain-lain.


REFERENSI

  1. Raharjo SB, Yuniadi Y, Muzakkir M, Yansen I, Munawar DA, Hermanto DY. Pedoman Tatalaksana Takiaritmia Supraventrikular (TaSuV). IJC. 2017 Jun 30;109–50.

  2. Supraventricular Tachycardia [Internet]. Mayo Clinic. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/supraventricular-tachycardia/symptoms-causes/syc-20355243

  3. Medi C, Kalman JM, Freedman SB. Supraventricular tachycardia. 2009;190(5):6.

  4. Paroxysmal Supraventricular Tachycardia [Internet]. Medscape. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/156670-overview#a4

  5. Brugada J, Katritsis DG, Arbelo E, Arribas F, Bax JJ, Blomström-Lundqvist C, et al. 2019 ESC Guidelines for the management of patients with supraventricular tachycardiaThe Task Force for the management of patients with supraventricular tachycardia of the European Society of Cardiology (ESC). European Heart Journal. 2019 Aug 31;ehz467.

  6. Mayo Clinic Staff. Pacemaker [Internet]. Mayo Clinic. Available from: https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/pacemaker/about/pac-20384689

  7. Does Alcohol Cause AFib? [Internet]. WebMD. Available from: https://www.webmd.com/heart-disease/atrial-fibrillation/atrial-fibrillation-alcohol

70 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page